15/11/11

Behind the scene (sungguh di belakang layar)



"Segudang teatrikal retorika alam sadar tak mungkin jatuh lebih dalam"- Ini seperti kudapan mkan malam terang bulan isi rendang, kemudian di bungkus dengan kulit tahu dan masuk ke tenggorokan tanpa mnyentuh lidah, bahkan jika si lidah dilengkapi dengan sensor penangkap gerak. Mengahrukan memang, karena pemilik lidah dan si ingin makan bukan orang yang sama...
Contoh sederhana lainnya adalah ketika kita teriak kata "A" tapi yg keluar adalah bunyi "ku".

29/06/11

Pulpen dari bukit tinta


Assalamu 'alaikum Wr. Wb.
kpda yang membaca dengan secara terang atau dikegelapan dan dibalik punggung org lain..
saya punya cerita yang tidak sesuai dengan syarat tulisan tapi layaklah sebagai syarat bahasa lisan..
suatu kali seorang putra pembuat pulpen terbaik di seluruh negeri mendapat tugas dari ayahnya untuk mengisi tinta pulpen sang raja..
di iyakannya tugas itu dengan bangga dan berlalulah dari ayahnya..
setelah tiga langkah raksasa, si anak menemukan bukit tinta warna merah.. diisilah pulpen raja sampai penuh, lalu ia berjalan menuju rumah...
dijalan ia melihat papan besar dengan tulisan "dilarang" berwarna merah.. tapi tulisan itu pudar.. lalu dilapisinya tulisan itu. Setelah sampai huruf terakhir, habislah tinta yang ada di pulpen tsb... ia teringat pesan ayahnya agar mengisi penuh tinta pada pulpen raja, tidak jauh dari itu ia melihat bukit tinta warna biru.. lalu diisilah pulpen itu sampai penuh..
saat berjalan pulang, kembali ia menemui papan bertuliskan "jangan" berwarna biru dengan warna yg pudar.. kembali ia melapisinya dan tinta habis pada huruf terakhir...
tidak jauh ia melihat bukit tinta warna hitam... diisilah pulpen penuh dengan tinta hitam lalu ia berjalan pulang... ditemui kembali dijalan sebuah papan besar bertuliskan "tidak boleh" berwarna hitam dg warna yg pudar... kembali ia melapisinya dan tintanya habis pada huruf terakhir...
kemudian ia melihat bukit tinta warna kuning.. diisinya pulpen penuh tinta warna kuning lalu berjalanlah kembali ia untuk pulang...
dijalan kembali ia menemui tulisan "andaikan" dengan warna kuning yg pudar, lalu mulailah ia melapisinya...... ia kaget, diam, bisu cukup lama,ternyata pulpen yang digunakan mengeluarkan warna hitam bukan kuning... dg kebingungan diselesaikan tulisannya sampai tintanya habis.. kini tulisan yg sebelumnya berwarna kuning menjadi hitam...
bingung, ia pergi ke bukit tinta warna merah, diisilah pulpen itu lalu dicoba ditangannya dan hasilnya, warnanya hitam bukan merah,
begitu pula yg terjadi pada bukit biru, warna yang dihasilkan hitam, bukan biru...
------------------------------------------------------------------------------------
walau begitu ia tetap mengisinya penuh lalu pulang,
sesampai dirumah diceritakan semua peristiwa yg dialaminya kpd ayahnya...
ayahnya tersenyum... kemudian anaknya itu disuruh mengisi pulpen itu dg tanah tinta yang diinjaknya..tanah tinta yg sama dengan yg ia lalui selama menuju bukit-bukit tinta saat mengisi pulpen.. lalu dicobanya menulis ditangannya... "putih"
------------------------------------------------------------------------------------

11/05/11

Hi, there!

hi, there! do you hear me?
it's hard to say if i don't know whats really happen
just ur omelet punch mine, and that was so sad
once more, i really don't know, i can't understand if i made some mistake before
i just can't understand. sorry
(secret message)

24/03/11

Midas dan bukan tangannya

Indrajit menyusun pasukannya, memacu mental urung pulang sebelum menang
padahal tidak tahu apa yang akan menunggu mereka, mengejutkan tentunya. Antasena berdiri dari kursi jabatannya, memutar keras-keras lagu Real Worldnya The All American Reject, khawatir jika yang dipijaknya adalah mimpi.

Mereka suka berdiri di ketinggian memandang langit lama-lama, menunggu hujan. Berlatih memanah bersama, berkuda bersama. Indrajit ingat, Antasena ingat. Satu yang tidak mereka ingat, mereka pernah punya keyakinan bahwa semua permasalahan pasti ada jalan.