09/12/10

PARA PESOHOR DAN POHON AKASIANYA


kita sudah tua kawan.. atau barangkali hanya kita saja yang merasakannya
entah bagaimana seorang bayi sangat ditunggu umur besarnya, sedangkan ketika sudah berumur enggan menunggu kelaknya... tapi manusia hidup setidaknya memiliki endapan akademik. Jika ada yang tidak setuju artinya struktur logika berpikirnya ada yang ganjal. Endapan akademik seperti yang banyak diungkapakan hanya menjadi sekumpulan benthos-benthos yang kadang ikut naik ke zone pelagik, sebut saja benthos-pelagik atau apalah namanya. Memang semuanya tidak ada hubungannya dengan kongsi dagang di pasar atau rapat ketua RT setempat, bahkan satelit yang mengitari bumi seperti Landsat, IKONOS, QUICKBIRD, Jers, bahkan yang terhebat ASTER pun tak pernah mengambil gambarnya. Jika endapan akademik memang sepenting itu harusnya dilakukan tindakan konservasi sejak dini, entah menggunakan teori USLE, RUSLE, MUSLE dsb. perlu pula diketahui indikator-indikatornya, jika perlu diperhatikan kompetensi dasar dan standar kompetensi seperti halnya menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran. Setidaknyan endapan akademik tersebut dapat difungsikan pada kondisi yang tepat baik dengan metode kualitatif, kuantitatif, atau penelitian tindakan kelas. Dengan demikian metode memecahkan masalah endapan akademik ini dapat dikatakan memiliki kedudukan yang sama dalam menguraikannya, mungkin dengan membawa makanan khas dari setiap daerah dapat membantu memecahkan masalah endapan akademik ini secara regional /keruangan. "Biar kapok!"

31/03/10

The Dancing Father


Sebagai pengingat, tulisan ini ditulis 7 jam sebelum UTS Geomorfologi Indonesia dan informasi yang lain "kemalesan" semakin hari semakin tumbuh subur. Males menurut FAS (2010) merupakan gejala yang timbul untuk tidak segera menyelesaikan masalah yang sedang dan/atau akan di hadapi. Masalah sendiri menurut dosenku adalah kesenjangan, kesenjangan antara yang seharusnya dengan kenyataan. Namun itu hanya seperti pengucapan "peta bukan peta", atau "sseelamat pagi saudara" yang merupakan infiltrasi dari Horizon A sampai Horizon Z, horizon yang belum lama ini baru ditemukan.

Faktor males dapat datang kapan saja dan dari mana saja, dalam hal ini faktor tersebut dibedakan menjadi faktor eksogen dan faktor endogen. Faktor eksogen datang dari luar tubuh kita, misalnya desa dan kota akan berpengaruh terhadap tingkat kemalesan seseorang. Desa dan kota secara langsung menimbulkan efek 5dimensi kepada tubuh kita. Tubuh kita akan seperti komputer dengan macros dimana-mana, Ctrl+T untuk tidur, Ctrl+K untuk kuliah, Ctrl+N untuk ngopi dan yang lainnya. Macros2 tersebut tidak sengaja akan dipencet oleh siapa saja termasuk masyarakat desa-kota atau teman kita sendiri sehingga secara tidak sadar kita akan menjalankannya.

Faktor endogen datang dari tubuh kita, faktor tersebut dipengaruhi adanya pengangkatan maupun pelipatan yang datang akibat aktivitas-aktivitas dari lempeng2 yang ada di tubuh kita seperti lempeng niat, perasaan, naluri, nafsu, dan lempeng yang lain. Lempeng2 tersebut dapat bergerak kapan saja dan tidak dapat diperkirakan, bisa saja jika ada aktivitas dari lempeng-lempeng tersebut kita akan merasa seperti ada anak kecil di pundak kita. Faktor endogen tidak selalu dapat menimbulkan males karena kita mengontrol sepenuhnya, perbandingannya dengan faktor eksogen adalah 0% :110%.

Dengan demikian males tidak datang karena niat dari pelakunya, tapi juga karena ada kesempatan. Kesempatan tersebut muncul karena adanya masalah yang kita terlalu jauh dalam menghipotesisnya, atau kita hanya mengerjakan sampai hipotesis saja tanpa memberikan pembahasan atau kesimpulan. Ini seperti ungkapan salam kepada setiap orang atau memberi nama samaran pada orang lain atau diri kita sendiri. Solusi terbaik saat terjangkit males adalah segera lakukan dan selesaikan masalah tersebut, jangan suka menunda2 kewajiban, buat rencana yang jelas, dan pikirkan sesuatu yang menyenangkan dari sekeliling males itu. Tetapi tindakan mencegah pasti lebih baik daripada mengobati.  



12/02/10

Kadang hati tak selalu sama



Bukan hidup manusia tanpa gelapnya rintangan
Bukan pula berjalan sendirian tanpa haluan
Berupaya tuk berbalik mengembalikan tekanan ombak pagi hari
Tapi kadang hati tak selalu sama
Embun pun enggan mendukungnya
Hujan malam tak mau mereda untuknya
Kebekuan menjalar subur didalamnya
Gerimis terus meneriakinya
Memberikan siluet malam hari yang tak ada duanya
Tapi kadang hati tak selalu sama
Hanya karena terus mengulanginya
Dan berharap sedikit nasehat lembut dari udara yang mendekatinya
Mendekat karena sejatinya kuasa Sang Maha Pencipta
Tapi kadang hati tak selalu sama
Dan begitulah seterusnya.....

:G.O.M.B.A.L.
ket. gambar: view from Bromo dan Penulis (Cari dg seksama)